Kabupaten Samosir terdiri dari danau, lembah dan bukit, memiliki obyek dan daya tarik wisata yang beraneka ragam, baik budaya maupun alam yang masih asli dan alamiah. Inilah ciri khas dan pesona tersendiri untuk dikunjungi. Kepada 350 orang peserta jubileum 50 tahun CCA dari Asia, pesona keindahan Samosir dengan Danau Toba inipun diperkenalkan secara langsung oleh bupati maupun melalui buklet yang dipajang di Stand di arena Conference di Danau Toba Cottage Parapat, 3-6 Maret lalu.
Para pimpinan dan utusan gereja-gereja di Asia itupun terkagum-kagum melihat keindahan alam dan budaya yang asli itu, maupun peninggalan sejarah yang khas, langka yang belum tentu ada di daerah lain. Bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon pun menetapkan Visi Kabupaten Samosir. “Menjadi Kabupaten Pariwisata tahun 2010 yang didukung oleh agribisnis yang ramah lingkungan”.
Inilah Samosir, sebuah Pulau Vulkanik di tengah-tengah Danau Toba Propinsi Sumut. Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini baru dimekarkan tahun 2003 lalu dari Kabupaten Toba Samosir, memiliki 9 kecamatan, yakni Pangururan, Simanindo, Sianjur Mulamula, Ronggur Nihuta, Harian, Palipi, Nainggolan, Onan Runggu dan Sitio-tio.
Meski pulau di dalam pulau, tapi Pulau Samsoir ini terlihat berdiri tegar, kokoh dipandang dari Parapat, sehingga membuat wisatawan kepingin cepat-cepat menginjakkan kakinya ke pulau ini. Pengunjung setiap saat bisa menyeberangi Danau Toba dengan Perahu bermesin dari dermaga Parapat. Samosir yang terletak di tengah-tengah danau hanya satu-satunya di dunia ini mempunyai luas 627 Km2 dengan perjalanan kurang lebih 45 menit dari Parapt. Samosir dapat juga disebut sebagai pusat dari kebudayaan Batak.
Menurut sejarah, si Raja Batak berasal dari Sianjur mula-mula yang dipercayai sebagai asal mulanya nenek moyang orang Batak. Nenek moyang orang Batak disebut datang dari Thailand, menuju Sumatera melalui semenanjung Malaysia dan akhirnya menghuni Sianjur mula-mula. Raja Batak diperkirakan hidup sekitar awal abad ke 13. Versi lain mengatakan dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba sekitar tahun 1200, awal abad 13. Sebutan Raja Batak diberikan oleh keturunannya sebagai penghormatan, bukan karena dia seorang raja.
Begitu kita sampai di Pulau Samosir ini, maka kita akan disambut dengan ucapan HORAS. Ucapan ini salam khas orang Batak yang berarti “Selamat”, salam sejahtera. Kata Horas bisa juga berarti selamat jalan atau selamat datang sehingga karena populernya ucapan ini sehingga orang yang bukan Batak pun jika bertemu dengan orang Batak selalu mengucapkan kata Horas ini. Itu pertanda keakraban.
Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke 19 (Wafat tahun 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke 20. Sebutan raja sebagai penghormatan meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah. Anak si Raja Batak ada 3 orang, yaitu Guru Tateabulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya marga-marga Batak.
sumber : http://tano-batak.blogspot.com